Rabu, 22 Januari 2014

Go Green-Menanam Pohon dan Ajaran Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam

Islam, agama rahmatan lil ‘alamin. Semakin mempelajari dan mendalami ajaran-ajarannya kita akan semakin paham akan kesempurnaan agama yang haq ini. Mulai dari perkara-perkara yang kecil, yakni ajaran membersihkan najis (baca:buang hajat dsb.) sampai perkara besar seperti asbab seseorang selamat di dunia maupun diakhirat pun tak luput menjadi  bahagian dari ajaran yang dipelajari.

Salah satu ajaran Islam yang mestinya diaplikasikan oleh seorang yang mengaku beriman salah satunya ialah  menjadikan diri bermanfaat terhadap umat.

Salah satu ajaran Islam yang menarik dan patut untuk dipraktikkan dan bermanfaat terhadap umat manusia dan umat selainnya yakni salah satunya ialah anjuran untuk “menanam pohon”.

MENANAM POHON?

Jangan heran sobat? Bahkan sebelum para aktivis pro lingkungan hidup menggalakan program “Go Green”, Rasulullah Muhammad Shallahu’alaihi wa sallam sebagai suri tauladan manusia pernah bersabda :
"Tak ada seorang muslim yang menanam pohon, kecuali sesuatu yang dimakan dari tanaman itu akan menjadi sedekah baginya, dan yang dicuri akan menjadi sedekah. Apa saja yang dimakan oleh binatang buas darinya, maka sesuatu (yang dimakan) itu akan menjadi sedekah baginya. Apapun yang dimakan oleh burung darinya, maka hal itu akan menjadi sedekah baginya. Tak ada seorangpun yang mengurangi, kecuali itu akan menjadi sedekah baginya" . [HR. Muslim dalam Al-Musaqoh (3945)]

Sobat, tahukah kalian di dalam hadist ini Islam mengajarkan kemanfaatan diri terhadap umat. Dari istilah umat ini penulis tak membatasi hanya sebatas “umat manusia” saja, namun kemanfaatan di sini pun bisa diartikan diperuntukkan bagi “umat di luar manusia”. 

UMAT DI LUAR MANUSIA?
Ya, burung maupun hewan jenis apapun juga termasuk umat. Hal ini seperti yang termaktub dalam Al Qur’an. 

Coba simak ayat berikut:
Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu..... ( Qs: Al an'am : 38 ) 
Memahami ucapan Rasulullah kita yang ditakdirkan menjadi umat Muhammad Shallahu ‘Alaihi wasallam patut berbangga, ternyata apa-apa yang kita butuhkan dan kita inginkan kemanfaatan darinya, semuanya telah diajarkan oleh Rasulullah Shallahu ‘alaihi wa Sallam.

Sebagai penutup penulis hanya mau berikrar “AKU BANGGA MENJADI UMAT MUHAMMAD SHALLAHU ‘ALAIHI WASALLAM”
Wallahu'alam
Surakarta, 17 Robi'ul Awal 1435 H //19 Januari 2014



Rabu, 01 Januari 2014

Antara Bahasa Belanda, Bahasa Jawa dan Bahasa Indonesia

Dahulu semasa masih tinggal bersama kakek, sering beliau bercerita kepada saya tentang masa lalu, yakni mengenai sejarah semasa "Zaman Kolonial". Bahkan sejarah kota tempat kelahiranku yakni kota Ngawi Jawa Timur semasa "Zaman Kolonial".

Yang saya pahami kakek memang berpendidikan tidak terlalu tinggi, hanya setara SMP, namun sedikit banyak mengetahui beberapa kosakata Bahasa Belanda dan seikit membaca aksara kanji Jepang. Hal ini dimungkinkan sebab Beliau pernah lama tinggal di area pemukiman Belanda yakni di sekitar "Benteng Pendem".

Dulu kakek pernah bercerita kalau banyak kosakata dalam bahasa Belanda yang diserap ke dalam bahasa Jawa.

Dan setelah dewasa saya mulai paham jika ternyata pola penyerapan bahasa Belanda ke dalam bahasa nusantara tidak sebatas merasuk ke bahasa daerah (baca bahasa Jawa) namun lebih dari itu dalam perkembangan selanjutnya banyak kosakata bahasa daerah (baca bahasa Jawa) yang mulanya berasal dari bahasa Belanda selanjutnya diadopsi ke dalam bahasa Indonesia.

Yang saya ingat dulu sewaktu masih anak-anak kakek pernah mencandai saya dengan mengatakan bahwa asal muasal kata “gedhang” (pisang dalam bahasa Jawa) berasal dari bahasa Belanda “goed dank u” yang artinya “baik/enak terima kasih”dan asal usulnya berasal dari orang Belanda yang mengucapkan terima kasih karena telah diberi sejumlah pisang oleh petani pribumi. Okelah, mungkin candaan kakek memang “-atik matuk” kata orang Jawa. Namun masuk akal juga pikirku, apalagi ditambah cerita kakek yang argumentatif sedikit banyak ikut mendukung pendapat Beliau.

Sekarang ini di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia banyak sekali menyerap kosakata di luar bahasa Melayu, dan salah satunya ialah bahasa Jawa dan Belanda.

Yang menarik dan ingin sampaikan di sini ialah, mengenai hubungan bahasa Belanda-Jawa-dan bahasa Indonesia. Dan menurut pengamatan saya, ada banyak bahasa Jawa yang berasal dari bahasa Belanda di ikut diserap ke dalam bahasa Indonesia, berikut kosakata yang saya pahami:


Bahasa Belanda

Bahasa Jawa

Bahasa Indonesia

Waskom

Baskom

Baskom

Handdoek

Anduk

Handuk

Pedal

Pedal

Pedal

Bankroet

bangkrut

Bangkrut/ pailit

Benzene

bensin

Bensin

Koelkast

Kulkas

Kulkas/lemari es

Te laat

Telat

Telat (non baku), terlambat

Wingkel

Bengkel

Bengkel

Berichten

Berita/warta

Berita/warta

Afdruk

Afdrek

Afdruk

Belsem

Balsem

Balsam

BenzIne

Bensin

Bensin

Vermaak

Permak

Permak

Emmer

Ember

Ember

Band

Ban

Ban

Boren

ngebor

Mengebor

Gordijn

Korden

Korden

Demikan Sobat sedikit tulisan ringan dan amatiran dari saya di awal tahun 2014 :D semoga bermanfaat.
Baca arikel sejenis:
Hari Aji al Jatimi
Ngawi, di awal tahun baru 2014